Makalah Studi Islam - Islam sebagai sumber ajaran

Diposkan oleh: Den Khaliz ~ pada hari Kamis, 04 Oktober 2012


KATA PENGANTAR Pertama kami panjatkan puja-puji syukur ke hadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmu kalam ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa kita semua dari alam jahiliyah menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini. Kami ucapkan terima kasih pada pihak Stain Pamekasan yang telah membantu kami dalam meyelesaikan makalah ini, berupa adanya fasilitas gedung perpustakaan yang sangat membantu bagi kami untuk mendapatkan referensi yang sangat berperan dalam selesainya makalah ini. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada dosen pembimbing kami serta rekan-rekan kami yang turut membantu dalam selesainya makalah pengantar studi islam ini, semoga makalah ini dapat membantu rekan-rekan kami dan menambah secuil pengetahuan kami dalam wawasan keislaman. Kami menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan makalah ini, karena kami adalah insan biasa yang tak lepas dari salah dan dosa. Jika ada kebenaran, itu hanya milik Allah semata dan jika terdapat kesalahan, itu murni kesalahan kami sendiri, maka dari itu kami mohon ma’af yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan diberkahi ilmunya. Amien. Pamekasan, 30 September 2012 Penulis   DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 1 C. Tujuan penulisan 1 BAB II: PEMBAHASAN A. Otensitas ajaran islam 2 B. Karakteristik ajaran islam 3 C. Dimensi-dimensi ajaran islam 6 D. Definisi ajaran islam dalam struktur islam-iman-ihsan 9 BAB III: PENUTUP A. Kesimpulan 11 B. Saran 11 DAFTAR PUSTAKA 12 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sumber hukum islam adalah wahyu Allah SWT, yang dituangkan didalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul. Islam berasal dari kata "aslama" artinya tunduk menyerah diri. Dalam Al-Quran digunakan beberapa kata yang memiliki akar yang sama, yaitu : silm (damai, 2:208), aslama (menyerah diri, 3:83), istaslama (penyerahan total, 4:65), salim (suci, 25:89), salaam (sejahtera (39:73). Jadi, Islam merupakan agama yang mengajarkan perdamaian, penyerahan diri kepada Allah, kesudian, dan kesejahteraan. Sangatlah perlu mengetahui bahwa islam adalah agama yang sifatnya rahmatan lil ‘alamin serta yang sebagai sumber ajaran dalam kehidupan sehari-hari.islam tidak hanya bisa dijadikan sebagai agama saja namun juga bisa dijadikan sumber ajaran yang meliputi aspek kehidupan. Dewasa ini banyak penyalah gunaan islam sebagai sumber ajaran yang bersifat radikal yang digunakan oleh segelintir manusia yang tak memliki tanggung jawab untuk perlu adanya pembelajaran bahwa islam sebagai sumber ajaran yang fleksibel dan relevan. B. Rumusan masalah 1. Bagaimana otentisitas ajaran islam? 2. Apa saja karakteristik ajaran islam? 3. Apa saja dimensi-dimensi ajaran islam? 4. Bagaimana definisi ajaran islam dalam struktur islam-iman-ihsan? C. Tujuan penulisan 1. Untuk mengetahui otentisitas ajaran islam 2. Untuk mengetahui apa saja karakteristik ajaran islam 3. Untuk mengetahui apa saja dimensi-dimensi ajaran islam 4. Untuk memahami definisi ajaran islam dalam struktur islam-iman-ihsan BAB II PEMBAHASAN A. Otentisitas ajaran islam Islam merupakan agama yang ajarannya dapat diterima oleh semua umat, kapanpun dan dimanapun. Wilfred Cantwel Smith mengatakan, “pengamatan pertama ialah bahwa dari semua tradisi keagamaan di dunia, tradisi islam tampak sebagai satu-satunya nama ang built in (terpasang tetap). Ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, secara khusus disebut sebagai agama islam atau dien Al-Islam. Nabi Muhammad SAW. telah membakukan ajaran agama islam tersebut secara sempurna, sehingga akan terjamin kemurnian sekaligus perkembangannya sesuai dengan tuntutan zaman serta tempat. Sistem pembakuan ajaran islam tersebut adalah sebagai berikut: 1. Membukukan secara otentik sumber dasar, pokok-pokok dan prinsip ajaran islam sebagai wahyu dari Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an. 2. Memberikan penjelasan, contoh serta teladan pelaksanaan agama islam secara operasional dalam social budaya umatnya, yang kmudian dikenal dengan sebutan Al-Hadits. 3. Memberkan cara untuk mengembangkan ajaran islam secara terpadu dalam kehidupan social budaya umat manusia sepanjang sejarah dengan system ijtihad. Adalah sebuah kebenaran, bahwa Al Qur'an dan intisari ajaran Islam selalu berkesuaian disetiap zaman dengan segala perkembangannya dan tetap terjaga kemurniannya karena Allah maha tahu segala "kode etik" kehidupan di dunia. Kombinasi ilmunya yang maha luas tiada batas dengan kemaha-adilan. Al-Qur’an sebagai sumber dasar dan As-Sunnah merupakan sumber operasionalnya, sedangkan ijtihad merupakan penggunaan segenap daya dan kemampuan akal serta intelektual manusia untuk memahami, mengambil kebijaksanaan, serta menetapkan hukum. B. Karakteristik ajaran islam Sebagai muslim kita tentu ingin menjadi muslim yang sejati. Untuk itu seorang muslim harus menjalankan ajaran Islam secara kaffah bukan hanya mementingkan satu aspek dari ajaran Islam lalu mengabaikan aspek yang lainnya. Oleh karena itu pemahaman kita terhadap ajaran Islam secara syamil dan kamil menjadi satu keharusan. Disinilah letak pentingnya kita memahami karakteristik atau ciri-ciri khas ajaran Islam dgn baik. Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Khasaais Al-Ammah Lil Islam menyebutkan bahwa karakteristik ajaran Islam itu terdiri dari tujuh hal penting yang tidak terdapat dalam agama lain dan ini pula yang menjadi salah satu sebab mengapa hingga sekarang ini begitu banyak orang yang tertarik kepada Islam sehingga mereka menyatakan diri masuk ke dalam Islam. Ini pula yang menjadi sebab mengapa hanya Islam satu-satunya agama yang tidak “takut” dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu ketujuh karakteristik ajaran Islam sangat penting untuk kita pahami. 1. Robbaniyyah. Allah Swt merupakan Robbul alamin disebut juga dengan Rabbun nas dan banyak lagi sebutan lainnya. Kalau karakteristik Islam itu adalah Robbaniyyah itu artinya bahwa Islam merupakan agama yang bersumber dari Allah Swt bukan dari manusia sedangkan Nabi Muhammad Saw tidak membuat agama ini tapi beliau hanya menyampaikannya. Karenanya dalam kapasitasnya sebagai Nabi beliau berbicara berdasarkan wahyu yang diturunkan kepadanya Allah berfirman dalam Surah An-Najm 3-4 yang artinya “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan .” Karena itu ajaran Islam sangat terjamin kemurniannya sebagaimana Allah telah menjamin kemurnian Al-Qur’an Allah berfirman dalam Surah Al-Hijr 9 yang artinya “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” Disamping itu seorang muslim tentu saja harus mengakui Allah Swt sebagai Rabb dengan segala konsekuensinya yakni mengabdi hanya kepada-Nya sehingga dia menjadi seorang yang rabbani, artinya memiliki sikap dan prilaku dari nilai-nilai yang datang dari Allah Swt. Allah berfirman dalam Surah Al-Imran 79 yang artinya “Tidak wajar bagi manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab hikmah dan kenabian lalu dia berkata kepada manusia ‘hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah’ tapi dia berkata ‘hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan kamu tetap mempelajarinya.” 2. Insaniyyah. Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia karena itu Islam merupakan satu-satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia. Pada dasarnya tidak ada satupun ajaran Islam yang bertentangan dengan jiwa manusia. Prinsipnya manusia itu kan punya kecenderungan untuk cinta pada harta tahta wanita dan segala hal yang bersifat duniawi semua itu tidak dilarang di dalam Islam namun harus diatur keseimbangannya dengan keni’matan ukhrawi Allah berfirman dalam Surah Al-Qashash 77 yang artinya “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu di dunia dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yg berbuat kerusakan .” 3. Syumuliyah. Islam merupakan agama yang lengkap tidak hanya mengutamakan satu aspek lalu mengabaikan aspek lainnya. Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari konsep Islam dalam berbagai bidang kehidupan mulai dari urusan pribadi keluarga masyarakat sampai pada persoalan-persoalan berbangsa dan bernegara. Kesyumuliyahan Islam tidak hanya dari segi ajarannya yang rasional dan mudah diamalkan tapi juga keharusan menegakkan ajaran Islam dengan metodologi yang islami. Karena itu di dalam Islam kita dapati konsep tentang dakwah jihad dan sebagainya. Dengan demikian segala persoalan ada petunjuknya di dalam Islam Allah berfirman dalam Surah An-Nahl 89 yang artinya “Dan Kami turunkan kepadamu al kitab untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” 4. Al Waqi’iyyah. Karakteristik lain dari ajaran Islam adalah al waqi’iyyah ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang dapat diamalkan oleh manusia atau dengan kata lain dapat direalisir dalam kehidupan sehari-hari. Islam dapat diamalkan oleh manusia meskipun mereka berbeda latar belakang kaya miskin pria wanita dewasa remaja anak-anak berpendidikan tinggi berpendidikan rendah bangsawan rakyat biasa berbeda suku adat istiadat dan sebagainya. Disamping itu Islam sendiri tidak bertentangan dengan realitas perkembangan zaman bahkan Islam menjadi satu-satunya agama yang mampu menghadapi dan mengatasi dampak negatif dari kemajuan zaman. Ini berarti Islam agama yang tidak takut dengan kemajuan zaman. 5. Al Wasathiyah. Di dunia ini ada agama yang hanya menekankan pada persoalan-persoalan tertentu ada yang lebih mengutamakan masalah materi ketimbang rohani atau sebaliknya. Ada pula yang lebih menekankan aspek logika daripada perasaan dan begitulah seterusnya. Allah Swt menyebutkan bahwa umat Islam adalah ummatan wasathan (umat yang seimbang) dalam beramal baik yang menyangkut pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani dan akal pikiran maupun kebutuhan rohani. Manusia memang membutuhkan konsep agama yang seimbang hal ini karena tawazun merupakan sunnatullah. Di alam semesta ini terdapat siang dan malam gelap dan terang hujan dan panas dan begitulah seterusnya sehingga terjadi keseimbangan dalam hidup ini. Dalam soal aqidah misalnya banyak agama yang menghendaki keberadaan Tuhan secara konkrit sehingga penganutnya membuat simbol-simbol dalam bentuk patung. Ada juga agama yang menganggap tuhan sebagai sesuatu yang abstrak sehingga masalah ketuhanan merupakan khayalan belaka bahkan cenderung ada yang tidak percaya akan adanya tuhan sebagaimana komunisme. Islam mempunyai konsep bahwa Tuhan merupakan sesuatu yang ada namun adanya tidak bisa dilihat dengan mata kepala kita keberadaannya bisa dibuktikan dengan adanya alam semesta ini yang konkrit maka ini merupakan konsep ketuhanan yang seimbang. Begitu pula dalam masalah lainnya seperti peribadatan akhlak hukum dan sebagainya. 6. Al Wudhuh. Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adalah konsepnya yang jelas . Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak bingung dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam bahkan pertanyaan umat manusia tentang Islam dapat dijawab dengan jelas apalagi kalau pertanyaan tersebut mengarah pada maksud merusak ajaran Islam itu sendiri. Dalam masalah aqidah konsep Islam begitu jelas sehingga dengan aqidah yang mantap seorang muslim menjadi terikat pada ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Konsep syari’ah atau hukumnya juga jelas sehingga umat Islam dapat melaksanakan peribadatan dengan baik dan mampu membedakan antara yang haq dengan yang bathil begitulah seterusnya dalam ajaran Islam yang serba jelas apalagi pelaksanaannya dicontohkan oleh Rasulullah Saw. 7. Al Jam’u Baina Ats Tsabat wa Al Murunnah. Di dalam Islam tergabungn juga ajaran yang permanen dengan yang fleksibel . Yang dimaksud dengan yang permanen adalah hal-hal yang tidak bisa diganggu gugat dia mesti begitu misalnya shalat lima waktu yang mesti dikerjakan tapi dalam melaksanakannya ada ketentuan yang bisa fleksibel misalnya bila seorang muslim sakit dia bisa shalat dengan duduk atau berbaring kalau dalam perjalanan jauh bisa dijama’ dan diqashar dan bila tidak ada air atau dengan sebab-sebab tertentu berwudhu bisa diganti dengan tayamum. Ini berarti secara prinsip Islam tidak akan pernah mengalami perubahan namun dalam pelaksanaannya bisa saja disesuaikan dengan situasi dan konsidinya ini bukan berarti kebenaran Islam tidak mutlak tapi yang fleksibel adalah teknis pelaksanaannya. Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa Islam merupakan satu-satunya agama yang sempurna dan kesempurnaan itu memang bisa dirasakan oleh penganutnya yang setia. C. Dimensi-dimensi ajaran islam Pembidangan atau bisa disebut juga dengan dimensi yang sangat populer dari ajaran Islam ada tiga macam yaitu, Aqidah, Syari`ah dan Akhlak, masing-masing sebagai subsistem dari sistem ajaran Islam. Artinya aqidah tanpa syari’ah dan akhlak adalah omong kosong, demikian juga syari`ah harus berdiri diatas pondasi aqidah, dan keduanya haruslah dijalin dengan akhlak. Syari’ah tanpa akhlak adalah kemunafikan, akidah tanpa akhlak adalah kesesatan. 1. Aqidah Aqidah islam merupakan penutupan aqidah bagi agama-agama yang pernah diturunkan Allah sebelumya, bersamaan dengan diutusnya Nabi Muhammad sebagai rasul terakhir. Secara harfiah, aqidah artinya sesuatu yang mengikat atau terikat atau tersimpul. Adapun secara istilah, aqidah islam adalah sistem kepercayaan dalam islam. Orang yang kuat akidahnya (keyakinannya) terhadap keadilan Tuhan, maka keyakinan itu mengikatnya dalam bersikap terhadap suatu nilai (misalnya berkorban dalam perjuangan) dan selanjutnya mengikat perilakunya (misalnya tidak mau kompromi terhadap kezaliman). Sebaliknya orang yang tidak kuat keyakinannya kepada keadilan Tuhan (ikatannya longgar) ia mudah menyerah dalam berjuang dan bisa dinegosiasi untuk toleran terhadap penyimpangan, mudah terpancing untuk membalas dendam dengan cara yang menyimpang dari aturan. Sistem kepercayaan ini akhirnya berkembang menjadi ilmu, disebut ilmu Tauhid atau ilmu ushuluddin. Ilmu Tauhid berbicara tentang Rukun Iman yang enam (iman kepada Tuhan, malaikat, Rasul, Kitab Suci, Hari akhir dan takdir). Kajian filosofis dari ilmu Tauhid disebut Ilmu Kalam, disebut juga Theologi (ilmu yang berbicara tentang ketuhanan). Secara garis besar, theologi Islam dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu Jabbariah dan Qadariah. Jabbariah lebih menekankan pada kekuasaan Tuhan yang Maha Mutlak sehingga menempatkan manusia pada posisi seperti wayang yang segalanya tergantung kepada dalang. Manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk menentukan perbuatannya, oleh karena itu seseorang masuk sorga atau neraka itu bukan karena prestasinya, tetapi sepenuhnya kehendak Tuhan. Faham Qadariyah lebih menekankan sifat keadilan Tuhan , oleh karena itu manusia ditempatkan dalam posisi yang memiliki kekuasaan untuk menentukan perbuatannya, dan dengan keadilan Nya, Tuhan akan memberi pahala kepada yang berbuat baik dan menghukum yang berdosa. Secara sosial, penganut theologi Islam dapat dibagi menjadi dua, yaitu Sunny dan Syi`ah. Golongan Sunny memandang semua manusia sama di depan Tuhan, yang membedakan hanyalah ketaqwaannya kepada-Nya, oleh karena itu setiap muslim dari manapun memiliki hak yang sama untuk menjadi pemimpin sepanjang memenuhi syarat. Golongan Sunnyi memandang empat sahabat besar (Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali) dalam posisi yang setara dan sah kekhalifahannya. Sedangkan golongan Sunny mengklaim adanya hak-hak istimewa keturunan Nabi-dalam hal ini anak-anak Ali bin Abi Thalib melalui ibu Fatimah (puteri Nabi) sebagai pewaris syah kepemimpinan ummat Islam. Abu Bakar, Umar dan Usman dinilai merampas hak-hak politik Ali bin Abi Thalib. Anak cucu Ali bin Abu Thalib kemudian disebut sebagai golongan Alawiyyin atau secara sosiologis di Indonesia disebut habaib. Syi`ah itu sendiri artinya golongan, dan sepanjang sejarah Islam, kelompok ini selalu menjadi korban politik karena mereka sangat potensil mengobarkan semangat oposisi terhadap penguasa Sunny. Baru di Iran theologi Syi`ah mewujud dalam bentuk Pemerintahan Republik Islam Iran, yang dibangun dengan konsep wilayat al faqih (otoritas ulama) dimana para mullah (kelompok Alawiyyin yang terdidik) memiliki hak-hak istimewa politik (disebut imamat) dengan puncaknya Ayatullah al `Uzma (pertama Imam Khumaini kemudian digantikan Khameini). 2. Syari’ah Syari’ah secara harfiah artinya jalan rayaatau jalan ke sumber (mata) air, atau bermakna jalannya suatu hukum atau perundang-undangan. Sedangkan syari’ah islam, secara harfiah berarti jalan yang harus dilalui dan dipatuhi oleh setiap muslim. Syariah Islam mengatur perbuatan manusia dalam kaitan hukum yang terdiri dari wajib, sunnat, mubah, makruh, dan haram. Syariah sebagai aturan terdiri dari atas 2 masalah pokok, yaitu pertama, ibadah, yakni shalat, zakat, puasa, dan haji. Kedua muamalah yang berkaitan ketetapan Allah berhubungan dengan kehidupan sosial manusia terbatas pada yang pokok-pokok saja, seperti perdagangan, jinayah, munakahat, warathah, jihad, dan khilafah . 3. Akhlak Akhlak cesara bahasa adalah perangai atau tabiat, yaitu gambaran sifat-sifat batin/jiwa manusia. Secara istilah Menurut Al-Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang bisa menimbulkan macam-macam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimangan. Akhlak menempati posisi penting dan pentingnya dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah Rasulullah Saw. Dan Akhlak Rasulullah Saw yang diutus menyempurnakan akhlak manusia itu, disebut akhlak Islami karena bersumber dari wahyu Allah yang kini terdapat dalam Al-Quran yang menjadi sumber utama ajaran agama dan ajaran Islam . Pada umumnya, akhlak terbagi menjadi 3, yakni akhlak manusia terhadap Allah SWT., akhlak manusia terhadap sesamanya, dan akhlak manusia terhadap alam semesta. D. Definisi ajaran islam dalam struktur islam-iman-ihsan Diantara perbendaharaan kata dalam islam ialah iman, islam dan ihsan. Berdasarkan sebuah hadits yang terkenal, ketiga istilah itu member umat islam ide tentang ruku iman yang enam, rukun islam yang lima, dan ajaran tentang penghayatan terhadap tuhan yang maha ada dalam hidup. Dalam penglihatan itu terkesan adanya semacam kompartementalisasi antara pengertian masing-masing istilah itu, seolah-olah setiap satu dari ketiga noktah itu dapat dipahamisecara tersendiri. Islam tidak absah tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. Sebaliknya, ihsan mustahil tanpa iman dan iman juga akan mustahil tanpa islam. Ketiga istilah tersebut saling berkaitan satu sama lain. Dari sudut pandang inilah kita melihat islam, iman serta ihsan sebagai trilogi ajaran ilahi. Berikut ini adalah penjelasan dari ketiga istilah tesebut dan wujudnya dalam hidup keagamaan seorang pemeluk islam. 1. Makna dasar islam Kata Islam berasal dari bahasa Arab yang mempunyai bermacam-macam arti diantaranya: a. Salam artinya Selamat, aman sentosa, sejahtera. Yakni aturan hidup yang dapat menyelamatkan manusia didunia dan akhirat. b. Aslama artinya menyerah atau masuk Islam. Yakni mengajarkan penyerahan diri kepada Allah. c. Silmun artinya keselamatan atau perdamaian. d. Salamun artinya tangga atau kendaraan. Menurut istilah Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada rasul-rasul-Nya sejak nabi Adam AS hingga nabi terakhir Muhammad SAW. Agama islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik keyakinan Ibadah, social, hukum politik, ekonomi, dan lain sebagainya yang menjadi pedoman hidup bagi seluruh umat manusia agar tercapai kehidupan yang diridhoi Allah SWT dan kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. 2. Definisi dasar iman Iman secara bahasa berasal dari kata Aaman-Yu’minu-Iimaanan artinya meyakini atau mempercayai. Iman secara istilah adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan dan dilakukan dengan perbuatan. Perkataan iman yang digunakan dalam kitab suci dan sunnah nabi sering memiliki makna yang sama dengan perkataan kebajikan (al-birr), taqwa, dan kepatuhan kepada tuhan (ad-din). 3. Pengertian dasar ihsan Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa “ihsan adalah bahwa engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan kalau engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat engkau.” Dari hadits tersebut dapat kita ketahui bahwa ihsan itu adalah ajaran tentang penghayatan pekat akan hadirnya tuhan dalam hidup, melalui penghayatn diri dengan menghadap dan berada di hadirat-Nya ketika beribadah. Definisi ihsan secara harfiah adalah berbuat baik. Seorang yang berihsan disebut muhsin, seorang yang beriman disebut mukmin, dan yang ber-islam disebut muslim. Jika kita teliti labih dalam lagi, makna-makna diatas tidak berbeda jauh dari yang telah dipahami oleh orang-orang islam, yaitu bahwa dimensi vertical pandangan hidup kita (iman dan taqwa  habl min Allah, dilambangkan oleh takbiratul al-ihram dalam salat) selalu dan seharusnya melahirkan dimensi horizontal pandangan hidup kita (habl min an-nas, amal saleh, akhlak mulia, dilambangkan oleh ucapan salam atau taslim pada akhir salat). Jadi, makna-makna tersebut sejalan dengan pengertian umum tentang keagamaan. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan didepan, kami dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Otentitas ajaran islam yang di bawa oleh rasulullah saw tetap pada satu kebebanaran yaitu berdasarkan sumber hukum alqur’an kemudian as sunnah 2. Karakteritik ajarn islam sesuai dengan keadaan masyarakat pada waktu tertentu baik dalam aspek ibadah dan sosial budaya 3. Dimensi ajaran islam yang meliputi akidah,syari’ah dan akhlak haruslah berkaitan dan ada pada diri seseorang untuk menjalani kehidupan 4. Konsep trilogi iman,islam dan ihsan yang harus ada manusia dan keduanya merupakan suatu simpul,jika islam adalah tata cara maka iman adalah keyakinannya dan ihsan merupakan puncak keduanya B. Saran Disarankan kepada semua pembaca untuk tidak hanya berpedoman pada makalah ini namun juga harus membaca referensi lain yang tentunya jauh lebih baik dan lebih relevan. DAFTAR PUSTAKA  Al-Qardhawi, Yusuf.1996.Karakteristik Islam.Surabaya:Risalah Gusti  Anwar, Rosihon, Dr, dkk.2009.Pengantar studi islam.Bandung:Pustaka Setia.  Burhani, Ahmad Najib.2001.Islam Dinamis.Jakarta:Kompas  Muhaimin, dkk. 1994.Dimensi-dimensi Studi Islam.Surabaya:Abditama.  Smith, Cantwel, Wilfred. 1964.The meaning and End of Religion.New York: the new American library of the world literature.  Syaiful, Arif, H.2006.Pengantar Supervisi PAI.Pamekasan:STAIN Pmk Press  Yusuf, Anwar, Ali.2003.Studi agama islam untuk Perguruan tinggi.Bandung:Pustaka Setia.  http://mubarok-institute.blogspot.com/dimensi-ajaran-islam. diakses pada 26/09/2012, 20:43.
penyewaan genset mengatakan...

wah makalahnya benar" membantu bro, mantap deh

singapore news mengatakan...

subahanallhah, singapore news mengucapkan terima kasih ya sharingnya

.:: Kami Butuh Komentar Anda ::.

silahkan tulis komentar anda disini, tunjukkan bahwa anda blogger indonesia yang sejati

 

Pengikut